Copyrights @ Journal 2014 - Designed By Templateism - SEO Plugin by MyBloggerLab

Selasa, 19 April 2011

Meneladani Semangat Hidup Jamaludin: Meski Lumpuh, Tekuni Kaligrafi Gedebok

Share

TEGAR - Dengan keterbatasan fisik karena kelumpuhan, Jamal (45), kreatif dalam membuat karya seni dari pelepah pisang, Senin (11/4). Foto: surya/ahmad zaimul haq
Tidak ada kata menyerah pada diri Jamaludin (40) warga Simokerto I, dengan kondisi tubuhnya yang lumpuh karena kecelakaan kerja, pria satu putri ini tidak mau berdiam diri, ia bangkit dengan membuat lukisan dan kaligrafi yang berbahan gedebok (pelepah pohon pisang) yang sudah mengering.

Wiwit Purwanto
Surabaya 
http://www.surya.co.id
English Langguage

Di petak rumah kontrakannya yang kecil itu, pria asli Probolinggo ini masih mengumbar senyum.Sejumlah pigura berbagai ukuran lengkap dengan karya lukisan gedebok pisang itu tampak tergantung di tembok rumahnya. “Saya hanya ingin berkarya dan semoga lukisan ini laku,” kata Jamal di atas tempat tidur.

Sudah tiga tahun ini Jamal berdiam diri di rumah yang hanya cukup diisi ranjang tidur ukuran 100 x 140, ia tidak bisa melakukan aktivitas setelah tulang belakangnya dinyatakan oleh dokter tidak berfungsi alias lumpuh.

“Saya menolong teman saya yang akan tertimpa pintu besi, tapi saya sendiri akhirnya yang kena dan sampai sekarang seperti ini,” kenangnya.

Ia tidak menyesal, berbagai upaya untuk mengembalikan kondisi tubuhnya seperti melakukan fisioterapi sudah dilakukan, namun hingga detik ini kondisi tubuhnya masih sulit untuk diajak beraktifitas. Ide membuat karya lalu muncul, di tengah kejenuhan berada di kamar kontrakan itu membuat tangan-tangan Jamaludin mulai bergerak.

Saya ingin berbuat sesuatu yang manghasilkan,” ujar Jamal yang sekarang berdiam diri di rumah sementara istrinya yang ganti bekerja. Saat pulang ke Probolinggo Jamal melihat banyak pelepah pohon pisang yang dibuang begitu saja. Dengan menggunakan kursi roda, satu persatu gedebok itu diambil dan dikumpulkan.

Setelah dikeringkan, gedebok itu dibawanya ke Surabaya. “Saya mulai merangkai gedebok itu di kamar ini, sambil tiduran saya merangkainya,” tuturnya. Sebuah lukisan Pantai Pasir Putih Probolinggo dan sejumlah kaligrafi sudah dihasilkan. “Semuanya ini dari gedebok,” jelasnya.

Untuk membedakan langit, air laut, dan pepohonan pada lukisannya Jamal tinggal membolak balikkan gedebok. “Kalau ingin terang, ini dibalik saja, kalau yang gelap ini berarti gedebok bagian luar,” terangnya.

Dari bantuan teman-temannya, Jamal yang sebelumnya juga beraktifitas sebagai MC dan guru ngaji di Kampung Siwalan I ini mampu mengikuti sejumlah pameran bahkan sampai ke Lampung. “Lukisan saya ini kerap dibawa ke ajang pameran,” tambahnya.
Satu lukisan menurutnya bisa selesai dikerjakan dalam waktu satu hari, tapi karena keterbatasan tempat dan kondisi tubuhnya seringkali ia harus menunda dulu aktivitasnya.  Untuk satu lukisan yang sudah jadi dan siap dipasang, harga lukisan Jamal berkisar antara Rp 60.000 hingga Rp 600.000.

Dalam satu kesempatan belum lama ini karya Jamal ini dikenalkan di Kantor Kelurahan Simokerto, ternyata sambutan warga cukup baik. “Bagus sekali karya dari Pak Jamaludin ini, ia masih bisa berkarya denga kondisi tubuh yang terbatas,” kata Lurah Simokerto Tutik Nurhayati.



Emulate the spirit of Life Jamaludin: Although Paralyzed, deepened Calligraphy Gedebok. No word surrender Jamaludin (40) residents Simokerto I, with the condition that paralyzed his body of work accident, one man's daughter would not keep silence, he rose to make paintings and calligraphy made gedebok (banana stem),which has dried up

Wiwit Purwanto - Surabaya
http://www.surya.co.id


In a small plot of rented houses, the original men's indulgence in Probolinggo is still smiling. A number of frames of various sizes complete with banana gedebok paintings that seemed to hang on the wall of her house.

"I just want to work and hopefully this painting sold," said Jamal on the bed. It is three years Jamal sitting at home who just simply filled bed size bed 100 x 140, he can not do the activity after spinal cord expressed by doctors not working aka paralyzed.

"I helped my friend who will be crushed by an iron door, but eventually that got my own and to this day like this," he recalls. He has no regrets, efforts to restore the body as do physiotherapists have done, but until this moment his condition is still difficult to be invited to activities.

The idea of ​​making work and then came, amid saturation in the rented room that makes Jamaludin hands began to move. "I want to do something," said Jamal who is now sitting at home while his wife is changing work.

When I got home to Probolinggo Jamal saw many banana stem thrown away. By using a wheelchair, one by one gedebok was retrieved and collected. After drying, gedebok was brought to Surabaya. "I started stringing gedebok it in this room, while sleeping I create," he said.

A painting of Probolinggo White Sand Beach and a number of calligraphy has been produced. "All this from gedebok," he explained. To distinguish between sky, sea water, and trees in his paintings live flip flip gedebok Jamal.

"If you want light, it reversed course, if this dark means gedebok the outside," he explained. From the help of his friends, who had previously Jamal activity as MC and teacher of the Qur'an in Kampung Siwalan I was able to follow a number of exhibitions even to Lampung.

"My paintings are often taken to an exhibition venue," he added. One painting he thought could be completed within one day, but because of limited space and the condition of her often he had to postpone the first activity.

For one painting that is finished and ready to be installed, painting Jamal price ranges from Rp 60,000 to Rp 600,000. In one occasion recently it introduced Jamal works at Village Office Simokerto residents turned out pretty good reception.

"Excellent work from Mr. Jamaludin this, he could still work premises limited body condition," said Tuti  Nurhayati Chief Village Simokerto

1 komentar: